![]() |
The beautiful view of Madura |
"Gimana kalau ntar gue ga diterima? Nanti gue ngobrol sama orang-orangnya gimana? Gue takut sama orang Madura yang garang-garang.."
Begitulah kurang lebih perasaan gue sebelum tiba di Madura. Tapi, semuanya patah! Gue memulai penelitian gue pada tanggal 10 Maret 2019 tepatnya hari Minggu di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep. Setibanya di desa tersebut, dengan diantar bersama keluarga Nuril (teman seperbimbingan gue), kami mencari rumah Pak Kades yang cukup memasuki gang sekitar 600 meter. Lumayan deg-degan dan sedih karena benar-benar harus fighting sendirian disana, tapi gue tidak lagi merasa takut saat disambut hangat dan ramah oleh anak Pak Kades dan beberapa tetangga sekitar rumah. Gue berkenalan dengan orang-orang sekitar rumah, lalu masih basa-basi memperkenalkan diri dan bercerita tentang diri sendiri ke orang-orang sebagai bentuk pendekatan. Ya, satu stigma gue kalau orang Madura itu garang, tercoret..
Gue akan membagi pembahasan tentang Madura ke beberapa part of "tentang" ya..
Tentang Kuliner
Kalau ke Madura dan bertemu dengan warga lokalnya, wajib banget menanyakan tentang makanan khas Madura. Oh ya, ternyata tidak semua kabupaten di Madura memiliki makanan lokal yang sama. Contohnya, jika kalian pernah mendengar soal bebek sinjai, itu hanya ada di Bangkalan. Kali ini, gue akan bercerita tentang kuliner yang khas dari Sumenep.
Selama gue penelitian, gue selalu diajakin rocekan alias rujakan. Btw, rujakan di Sumenep ini bisa dikolaborasikan dengan buah apa saja. Gue kira, rujakan itu hanya menggunakan buah tertentu seperti bengkuang atau kedondong, atau dengan krupuk mungkin. Tapi ternyata, orang Sumenep menggunakan buah apapun untuk rujakan. Kemarin, gue makan rujak dengan apel! Lucu sih, apel manis ditambah dengan rujak yang lumayan pedas. Kalau soal krupuk, krupuk puli yang masih bertekstur seperti pempek bisa dijadikan menu untuk rujakan.
Bumbu rujak khas Sumenep juga sedikit berbeda dengan tempat lain. Di Sumenep, selain cabai dan gula, bumbunya juga dicampur dengan petis khas Sumenep. Nah, petis Sumenep itu benar-benar kacau rasanya! Teksturnya kental seperti gulali tradisional khas Jawa tapi rasanya gurih asin. Selain untuk rujakan, petis Sumenep juga bisa dimakan dengan tahu dan nasi di siang hari, endeus!
Selain rocekan, ada kuliner khas Sumenep yaitu Kaldu! Gue langsung jatuh cinta dengan kaldu waktu nyobain pertama kali. Kaldu dihidangkan dengan kacang hijau, daging sapi/kambing, dan lontong dengan kuahnya seperti gulai. Mungkin kalau lihat tampilan makanan yang satu ini, agak random dan tidak cantik ya, tapi rasanya ga kalah dengan gulai! Selain Kaldu, ada juga Kaldu Kokot. Hidangannya sama dengan Kaldu, hanya saja ditambahi dengan tulang kaki sapi alias kokot. Itu mengapa makanan tersebut diberi nama Kaldu Kokot. Tapi sayangnya, gue belum sempat mencoba Kaldu Kokot kemarin.
![]() |
Kaldu |
Satu makanan yang sering ditawarkan ke gue saat di Sumenep kemarin adalah buah sarkajeh atau srikaya! Di Madura, khususnya Desa Tanjung memang banyak pohon srikaya dan kemarin bulan Maret, adalah panen raya sarkajeh. Jadi lah gue selalu ditawari sarkajeh setiap hari dengan orang rumah dan tetangga sekitar. Fyi, di Sumenep ini lah gue tau bentuk srikaya yang asli dan belajar cara makannya pun diajarin sama orang Madura!
Ada lagi satu makanan pokok khas orang Madura yakni nasi jagung! Orang sana bilang, nasi jagung menjadi makanan keseharian mereka, karena produksi jagung di Desa Tanjung cukup melimpah. Jadi lah lidah gue bertambah wawasan soal makanan, bahwa makanan pokok tidak hanya nasi putih saja, tapi ada pula nasi jagung.
![]() |
Sarkajeh mentah yang direbus, lumayan pahit |
![]() |
Sarkajeh matang yang manis endeus sekali! |
![]() |
Nasi jagung! |
Tentang Bahasa, Kesenian, dan Budaya
Ngomong-ngomong soal bahasa, bahasa madura terkategori sebagai bahasa yang susah dan berbeda menurut gue. Ada beberapa kosakata yang masih mirip dengan bahasa indonesia atau bahasa jawa, tapi selebihnya cukup susah untuk diingat. Tips buat kalian yang mendatangi daerah baru, agar lancar mengingat bahasa baru adalah dengan menanyakan kosakata yang sering digunakan sehari-hari, misal apa, siapa, kapan, dimana, mengapa, lagi, makan, minum, dan kosakata lain sesuai kebutuhan.
![]() |
Gue bersama Sri, sang tutor bahasa madura |
Bagaimana kabar gue tinggal dengan bahasa baru? Semuanya baik-baik saja, karena terkadang gue masih memahami beberapa kosakata yang orang-orang ucapkan, jadi aman-aman saja dan ga bakal deh diomongin! Hehe.. selama kita baik dengan orang-orang, maka semua hal baik juga akan datang ke kita.
Kalau soal budaya, bertepatan dengan waktu gue penelitian kemarin, di Desa Tanjung sedang diadakan Petik Laut berupa arak-arakan perahu yang dihias dengan cantik dan menyebrang ke pulau seberang yakni Kalianget. Tujuannya sederhana, selain bersyukur atas segala sumberdaya yang didapatkannya dari laut, menyebrang ke Kalianget juga untuk berziarah ke salah satu makam pahlawan pembawa agama Islam di Madura, yakni Sayyid Yusuf. Selain wisata alam, Madura juga kaya dengan wisata religinya! Kalau kalian search wisata religi Madura, pasti banyak tempat yang bisa kita kunjungi untuk sekadar mengetahui sejarah Islam di Madura, salah satunya Sayyid Yusuf di Talango Kalianget ini.
![]() |
Momen saat nelayan mengecat perahu untuk Petik Laut |
Selain arak-arakan perahu, ada juga pertunjukan sinden dan ludruk di Desa Tanjung. Yang cukup gue kagumi disini adalah masih adanya kesenian unggulan khas Madura, yang masih ditonton oleh berbagai kalangan. Waktu gue menyempatkan waktu untuk nonton pertunjukan sinden dan ludruk, penontonnya tidak hanya kalangan orang tua, tapi anak-anak pun berbondong-bondong dengan senang untuk menonton pertunjukan itu. Bahkan, gue pun diajak oleh Sri, anak kelas 5 SD malam itu untuk menonton ludruk.
Fyi, ludruk sejenis ketoprak atau Opera Van Java deh contohnya. Semacam lawakan lokal yang disajikan oleh club lokal Madura dengan bahasa pertunjukannya yakni bahasa madura. Penampilannya pun tidak menye-menye. Meski sajian lokal, ludruk termasuk karya seni yang luar biasa karena setting tempat, makeup, dan segala wardrobe nya benar-benar profesional! Tips kalian para pendatang baru saat menonton ludruk adalah pahami gerak-gerik para lawaknya, kalau lucu, ketawa aja!
Tentang Sosial
Ini adalah bagian yang ga sabar untuk gue share. Mungkin kita sering memandang sebelah mata orang Madura. Padahal, kalau sudah bercakap dengan orang Madura dan kita menghargai mereka, kita tinggal lima tahun disana pun tidak perlu takut lapar! Kenapa begitu? Orang Madura selalu menghargai warga pendatang. Mereka sudah menganggap orang-orang yang berada di dekat mereka adalah saudara sendiri.
Selama gue berada di Madura, gue tidak pernah mengkhawatirkan nanti akan makan apa. Kebaikan orang Madura selalu meyakinkan gue bahwa akan ada saja tawaran makan siang nantinya. Bahkan, gue selalu berganti-ganti tempat makan. Makan siang di rumah Mbak Sun, makan malam bersama Bu Warni, paginya bersama Mba Yani. Ah... aman tentram dan damai.
Itulah mengapa gue menyebut bahwa orang Madura hangat, karena mereka selalu percaya satu sama lain. Percaya bahwa semua orang adalah saudara..
Jadi, Madura itu bukan hanya penjual sate dengan kaos bergaris merah putih ditambah peci hitamnya. Tapi lebih dari itu, Madura adalah kenangan hangat yang akan menjadi tempat gue untuk kembali explore suatu saat..
![]() |
Ludruk Show |
Tentang Sosial
Ini adalah bagian yang ga sabar untuk gue share. Mungkin kita sering memandang sebelah mata orang Madura. Padahal, kalau sudah bercakap dengan orang Madura dan kita menghargai mereka, kita tinggal lima tahun disana pun tidak perlu takut lapar! Kenapa begitu? Orang Madura selalu menghargai warga pendatang. Mereka sudah menganggap orang-orang yang berada di dekat mereka adalah saudara sendiri.
Selama gue berada di Madura, gue tidak pernah mengkhawatirkan nanti akan makan apa. Kebaikan orang Madura selalu meyakinkan gue bahwa akan ada saja tawaran makan siang nantinya. Bahkan, gue selalu berganti-ganti tempat makan. Makan siang di rumah Mbak Sun, makan malam bersama Bu Warni, paginya bersama Mba Yani. Ah... aman tentram dan damai.
Itulah mengapa gue menyebut bahwa orang Madura hangat, karena mereka selalu percaya satu sama lain. Percaya bahwa semua orang adalah saudara..
Jadi, Madura itu bukan hanya penjual sate dengan kaos bergaris merah putih ditambah peci hitamnya. Tapi lebih dari itu, Madura adalah kenangan hangat yang akan menjadi tempat gue untuk kembali explore suatu saat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar